Kurikulum dalam sudut pandang aksiologi
LANDASAN FILOSOFI
PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013
Pengembangan Kurikulum 2013 dilandasi secara filosofis, yuridis, dan
konseptual sebagai berikut (E. Mulyasa,
2013: 64):
1. Landasan Filosofis.
Yang
pertama, Filosofis pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar dalam
pembangunan pendidikan.
Yang
kedua, Filosofi pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai
akademik, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat.
2. Landasan Yuridis.
Yang
pertama, RPJMM 2010-2014 Sektor Pendidikan, tentang Perubahan Metodologi
Pembelajaran dan Penataan Kurikulum.
Yang kedua, PP. No.
19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Yang ketiga, INPRES No. 1
Tahun 2010, tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional,
Penyempurnaan Kurikulum dan metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai
budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa.
3. Landasan Konseptual.
Yang
pertama, Relevansi Pendidikan (link and match). Yang kedua, Kurikulum berbasi
Kompetensi dan Karakter. Yang ketiga, Pembelajaran Kontekstual (contestual
teaching and learning). Yang keempat, Pembelajaran Aktif (student active learnng).
Yang kelima, Penilaian yang valid, utuh dan menyeluruh.
Landasan Filosofis, yaitu asumsi
asumsi tentang hakikat realitas, hakikat manusia, hakikat pengetahuan, dan
hakikat nilai yang menjadi titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.
Asumsi-asumsi filosofis tersebut berimplikasi pada rumusan tujuan pendidikan,
pengembangan isi atau materi pendidikan, penentuan strategi, serta pada peranan
peserta didik dan peranan pendidikan
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum ialah
pentingnya rumusan yang didapatkan dari hasil berpikir secara mendalam,
analisis, logis, sistematis dalam merencanakan, melaksanakan, membina dan
mengembangkan kurikulum baik dalam bentuk kurikulum sebagai rencana (tertulis),
terlebih kurikulum dalam bentuk pelaksanaan di sekolah.
Filsafat memegang peranan penting
dalam pengembangan kuikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan,
kita dikenalkan pada berbagai aliran filsafat, seperti: perenialisme,
essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam
pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran–aliran filsafat
tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum
yang dikembangkan. Dengan merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati, di bawah
ini diuraikan tentang isi dari-dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya
dengan pengembangan kurikulum.
1. Perenialisme lebih menekankan pada keabadian,
keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial
tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan
sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran
absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran
ini lebih berorientasi ke masa lalu.
2. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan
budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat
menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran
lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk
hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih
berorientasi pada masa lalu.
3. Eksistensialisme menekankan pada individu
sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan
seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana
saya hidup di dunia ? Apa pengalaman itu ?
4. Progresivisme menekankan pada pentingnya
melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman
belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar
peserta didik aktif.
5. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut
dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan
sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti
pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan
masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk
apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu ? Penganut
aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.
Aliran Filsafat Perenialisme,
Essensialisme, Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang mendasari
terhadap pengembangan Model Kurikulum Subjek-Akademis. Sedangkan, filsafat
progresivisme memberikan dasar bagi pengembangan Model Kurikulum Pendidikan
Pribadi. Sementara, filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam
pengembangan Model Kurikulum Interaksional.
Ada tiga cabang besar filsafat,
yaitu metafisika yang membahas segala dalam alam ini, epistemologi yang
membahas kebenaran, akseologi yang membahas nilai. Aliran-aliran
filsafat yang kita kenal bertolak belakang dari pandangan yang berbeda kedalam
tiga hal ini.
Filsafat membahas segala
permasalahan yang dihadapi oleh manusia termasuk masalah-masalah pendidikan
yang disebut filsafat pendidikan. Walaupun dilihat sepintas, filsafat
pendidikan hanya merupakan aplikasi dari pemikiran-pemikiran filosofis untuk memecahkan
masalah-masalah pendidikan, tetapi antara keduanya yaitu antara filsafat dan
filsafat pendidikan terdapat hubungan yang sangat erat.
Masing-masing aliran filsafat
pasti memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena itu, dalam
praktek pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan
secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan berbagai
kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian saat ini, pada
beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai terjadi pergeseran
landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan lebih menitikberatkan pada
filsafat rekonstruktivisme.
Landasan filosofis dalam
pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai
kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta
didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan
lingkungan alam di sekitarnya.
Kurikulum 2013 dikembangkan
dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan seluruh
potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas yang tercantum
dalam tujuan pendidikan nasional. Pada dasarnya tidak ada satupun
filosofi pendidikan yang dapat digunakan secara spesifik untuk pengembangan
kurikulum yang dapat menghasilkan manusia yang berkualitas.
KURIKULUM
DALAM SUDUT PANDANG AKSIOLOGI
Pada artikel ini penulis akan
membahas tentang cabang filsafat landasan Kurikulum 2013 dalam sudut pandang Aksiologi
. Aksiologiadalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu : axios yang
berarti nilai, sedangkan logos berarti teori/ ilmu. Aksiologi merupakan cabang
filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya.
Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Jujun S.Suriasumantri mengartikan
aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan
yang diperoleh. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai
merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial dan agama.
Sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga yang diidamkan oleh
setiap insan.
Aksioloagi adalah ilmu yang
membecirakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi, aksiologi
merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari
pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau
kita bisa memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan
dijalan yang baik pula karena akhir-akhir ini banyak sekali yang mempunyai ilmu
pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan dijalan yang tidak benar.
Pembahasan aksiologi menyangkut
masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap
tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral
suatu masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh
masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya
malah menimbulkan bencana. Dalam aksiologi ada dua penilaian yang umum
digunakan yaitu:
Ø Etika
Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara
kritis dan sistematis masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada
perilkau, norma dan adat istiadat manusia. Etika merupakan salah satu cabang
filsafat tertua. Setidaknya ia telah menjadi pembahasan menarik sejak masa
sokrates dan para kaum shopis.disitu dipersoalkan mengenai masalah kebaikan,
keutamaan, keadilan dan sebagainya. Etika sendiri dalam buku etika dasar yang
ditulis oleh Franz Magnis Suzeno diartikan sebagai pemikiran kritis, sistematis
dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral ini
sebagaimana telah dijelaskan diatas adalah norma adat, wejangan dan
adatistiadat manusia. Berbeda dengan norma itu sendiri etika tidak menghasilkan
suatu kebaikan atau perintah dan larangan, melainkan sebuah pemikiran yang
kritis dan mendasar. Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahui dan mampu
mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.
Di dalam etika, nilai kebaikan
dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan. Maksudnya adalah tingkah
laku yang penuh dengan tanggungjawab, baik tanggung jawab terhadap diri
sendiri, masyarakat, alam maupun terhadap Tuhan sebagai sang pencipta. Dalam
perkembangan sejarah etika ada 4 teori etika sebagai sistem filsafat moral
yaitu hedonism, eudemonisme, utiliterisme dan deontologi. Hedoisme adalah
pandangan moral yang menyamakan baik menurut pandangan moral dengan kesenangan.
Eudemonisme menegaskan setiap kegiatan manusia mengejar tujuan. Dan adapun
tujuan dari amnesia itu sendiri adalah kebahagiaan.
Selanjutnya utilitarisme yang
berpendapat bahwa tujuan hukum adalah memajukan kepentingan para warga negara
dan bukan memaksakan perintah-perintah illahi atau melindungi apa yang disebut
hak-hak kodrati. Selanjutnya deontologi adalah pemikiran tentang moral yang
diciptakan oleh Immanuel Kant. Menurut Kant, yang bisa disebut baik secara
terbatas atau dengan syarat. Misalnya kekayaan manusia apabila digunakan dengan
baik oleh kehendak manusia.
Ø Estetika
Estetika merupakan bidang studi manusia yang
mempersoalkan tentang nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam
diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan
harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah
suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik
melainkan harus juga mempunyai kepribadian.
Sebenarnya keindahan bukanlah
merupakan suatu kulaitas objek, melainkan sesuatu yang senantiasa bersangkutan
dengan perasaan. Misalnya kita bangun pagi, matahari memancarkan sinarnya kita
merasa sehat dan secara umum kita merasakn kenikmatan. Meskipun sesungguhnya
pagi itu sendiri tidak indah tetapi kita mengalaminya dengan perasaan nikmat.
Dalam hal ini orang cenderung mengalihkan perasaan tadi menjadi sifat objek
itu, artinya memandang keindahan sebagai sifat objek yang kita serap. Padahal
sebenarnya tetap merupakan perasaan.
Aksiologi berkenaan dengan nilai
guna ilmu, baik itu ilmu umum maupun ilmu agama, tak dapat dibantah lagi bahwa
kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia, dengan ilmu
seseorang dapat mengubah wajah dunia. Berkaitan dengan hal ini, menurut Francis
Bacon seperti yang dikutip oleh Jujun S. suriasumantri yaitu bahwa “pengetahuan
adalah kekuasaan” apakah kekuasaan itu merupakan berkat atau justru malapetaka bagi umat manusia. Memang kalaupun
terjadi malapetaka yang disebabkan oleh ilmu, bahwa kita tidak bissa mengatakan
bahwa itu merupakan kesalahan ilmu, karena itu sendiri ilmu merupakan alat bagi
manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya, lagipula ilmu memiliki sifat
netral, ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk melainkan tergantung pada
pemilik dalam menggunakannya. Nilai kegunaan ilmu untuk mengetahui kegunaan
filsafat ilmu atau untuk apa filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya
dengan melihat filsafat sebagai tiga hal yaitu:
·
Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan
memahami mereaksi dunia pemikiran.
Jika
seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu ide yang
membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau
sistem ekonomi atau sistem politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori
filsafatnya. Inilah kegunaan mempelajari teori-teori filsafat ilmu.
·
Filsafat sebagai pandangan hidup.
Filsafat dalam
posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima kebenarannya dan
dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya
ialah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan.
·
Filsafat sebagi metodologi dalam memecahkan
masalah
Dalam
hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batu di depan pintu, setiap keluar dari pintu itu kaki kita
tersandung, maka batu itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila
masalah-masalah itu dapat diselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan masalah,
mulai dari cara yang sederhana sampai yang paling rumit. Bila cara yang diguna
amat sederhana maka biasanya masalah tidak terselessaikan secara tuntas.
Penyelesaian secara detail itu biasanya dapat mengungkap semua masalah yang
berkembang dalam kehidupan manusia.
Nilai itu bersifat objektif tapi kadang-kadang
bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada
subjek atau kesadaran yang menilai. Tolak ukur suatu gagasan berada pada
objeknya, bukan pada subjek yang melakuakn penilaian. Kebenaran tidak
tergantung pada kebenaran pada pendapat individu melainkan pada objektivitas
fakta. Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila subjek berperan dalam
member penilaian, kesadaran manusia menjadi tolak ukur penialian. Dengan
demikian nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki
akal budi manusia seperti perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak
suka, senang atau tidak senang.
Bagaimana dengan objektifitas
ilmu? Sudah menjadi ketentuan umum dan diterima oleh berbagai kalangan bahwa
ilmu harus bersifat objektif. Salah satu faktor yang membedakan anatara
pernyataan ilmiah dengan anggapan umum ialah terletak pada objektivitasnya.
Seorang ilmuwan harus melihat realitas empiris dengan mengesampingkan kesadaran
yang bersifat ideologis, agama dan budaya. Seorang ilmuan haruslah bebas dalam
mennetukan topic penelitiannya, bebas melakukan eksperimen-eksperimen. Ketika
seorang ilmuan bekerja dia hanya tertuju kepada proses kerja ilmiah dan
tujuannya agar penelitiannya berhasil dengan
baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau
terkait pada nilai subjektif.
Sumber :
staffnew.uny.ac.id/upload/132243758/pengabdian/plpg2.pdf
Bakhtiar, Amsal. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Surajiyo. 2010. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia.
Jakarta: Bumu Aksara
Dari uraian di atas, ada beberapa permasalahan yang dapat
diangkat :
Pertama : Coba anda jelaskan teori nilai menurut John
Sinclair, dimana menurut pendapatnya dalam lingkup kajian filsafat nilai
merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial dan agama.
Sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga yang diidamkan oleh
setiap insan.
Kedua : Ada dua penilaian umum dalam aksiologi, yaitu ;
Etika dan Estetika. Bagaimanakah hubungan saling keterkaitan antara kedua aspek
tersebut ?
Menjawab permaslahan kedua Aksiologi mempelajari mengenai manfaat apa yang diperoleh dari ilmu pengetahuan, menyelidiki hakikat nilai, serta berisi mengenai etika dan estetika. Penerapan aksiologi dalam pendidikan misalnya saja adalah dengan adanya mata pelajaran ilmu sosial dan kewarganegaraan yang mengajarkan bagaimanakah etika atau sikap yang baik itu,selain itu adalah mata pelajaran kesenian yang mengajarkan mengenai estetika atau keindahan dari sebuah karya manusia.
BalasHapusEtika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada perilkau, norma dan adat istiadat manusia.
Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh.
saya setuju dengan pendapat rini. yg mana jika etika sudah terbentuk maka estetika akan muncul dalam pribadi individu
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapussaya akan mencoba menjawab pertanyaan no. 2 yakni bagaimana keterkaitan antara etika dan estetika. saya sependapat dengan saudari tri dan rini, menurut saya keindahan hanya akan terwujud jika etika telah terlaksana dan tercermin dengan benar melalui sikap dan tingkah laku yang diperlihatkan.
HapusSaya sependapat dengan teman2 bahwa
HapusEtika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada perilkau, norma dan adat istiadat manusia.Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahui dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.
Di dalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan. Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggungjawab, baik tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, alam maupun terhadap Tuhan sebagai sang pencipta. Sedangkan untuk estetika Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus juga mempunyai kepribadian.Dalam hal ini orang cenderung mengalihkan perasaan tadi menjadi sifat objek itu, artinya memandang keindahan sebagai sifat objek yang kita serap. Padahal sebenarnya tetap merupakan perasaan.
untuk pertanyaan pertama Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, social dan agama. Sistem mempunyai rancangan bagaimana tatanan, rancangan dan aturan sebagai satu bentuk pengendalian terhadap satu institusi dapat terwujud.
BalasHapusNilai merupakan tema baru dalam filsafat: aksiologi, cabang filsafat yang mempelajarinya, muncul pertama kalinya pada paroh kedua abad ke-19. Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, pada umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan. Lalu, Teori umum tentang nilai bermula dari perdebatan antara Alexius Meinong dengan Cristian von Ehrenfels pada tahun 1890-an berkaitan dengan sumber nilai. Meinong memandang bahwa sumber nilai adalah perasaan (feeling), atau perkiraan atau kemungkinan adanya kesenangan terhadap suatu obyek. Ehrenfels (juga Spinoza) melihat bahwa sumber nilai adalah hasrat/keinginan (disire). Suatu obyek menyatu dengan nilai melalui keinginan aktual atau yang memungkinkan, artinya suatu obyek memiliki nilai karena ia menarik. Menurut kedua pendapat tersebut, nilai adalah milik obyek itu sendiri-obyektivisme aksiologis
Menurut saya saling berkaitan karna kk sudah menjelaskan diatas bahwa etika membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral dan Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai keindahan. dimana jika etika ini kita mix dgn estetika maka akan berdampak baik. misalnya adat istiadat kita menjunjung tinggi nilai-nilai keberagaman (toleransi) apabila toleransi ini disampaikan dengan bahasa yang santun, tutur kata yang baik akan menambah estetika orang tsb.
BalasHapusSaya setuju dengan rina, hal ini bisa dicontohkan juga dalam pembelajaran. Apabila seorang siswa memiliki etika yang baik dengan gurunya seperti aktif dikelas, sopan, kreatif dan produktif pasti gurunya memberikan nilai tambah atau estetika dari siswa tersebut
Hapusmenurut saya untuk hubungan etika dan estetika yaitu
BalasHapusEtika merupakan cabang filsafat yang membicarakan perbuatan manusia. Cara memandangnya dari sudut baik dan tidak baik, etika merupakan filsafat tentang perilaku manusia.
Estetika merupakan ilmu membahas bagaimana keindahan bisa terbentuk, dan bagaimana supaya dapat merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa.
Estetika dan etika sebenarnya hampir tidak berbeda. Etika membahas masalah tingkah laku perbuatan manusia ( baik dan buruk ). Sedangkan estetika membahas tentang indah atau tidaknya sesuatu. Tujuan estetika adalah untuk menemukan ukuran yang berlaku umum tentang apa yang indah dan tidak indah itu.
Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus juga mempunyai kepribadian.sedangkan Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada perilkau, norma dan adat istiadat manusia. Etika merupakan salah satu cabang filsafat tertua. kedua bisa dipadupadankan dengan baik. etika yang baik dipadu dengan estetika yang indah,, menghasilkan sesuatu yang bagus pula
BalasHapusSaya akan menjawab permasalahan yang kedua,
BalasHapusEtika dan estetika saling berkaitan,
Seperti yang diketahui etika tidak menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan larangan, melainkan sebuah pemikiran yang kritis dan mendasar. Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahui dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.
Dengan etika kita mampu menilai dan mempertimbangkan mana yang baik dengan dan mana yang buruk.
Dan estetika nilain keindahan meruoakan pelengkap penilaian etika, begitupun sebaliknya, jadi ada penekanan nilai pasti baik atau buruk dan perasaan gambaran secara umum.
Contoh seperti air kelapa itu baik untuk tubuh, dan saya lebih senang meminumnya jika langsung dari kelapa asli bukan dari gelas.
Nilai etika yang didapat kita mampu menilai air kelapa itu baik, dan nilai estetika kita lebih senang ingin meminum air kelapa itu langsung dr buahnya tpa dipindahkan ke dalam gelas
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusmenanggapi perlamasalahan tentang etika dan estetika, adapun pengertian dari masing-masingnya yaitu Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada perilkau, norma dan adat istiadat manusia. Etika merupakan salah satu cabang filsafat tertua. Di dalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan. Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggungjawab, baik tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, alam maupun terhadap Tuhan sebagai sang pencipta. Dalam perkembangan sejarah etika ada 4 teori etika sebagai sistem filsafat moral yaitu hedonism, eudemonisme, utiliterisme dan deontologi. sedangkan Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus juga mempunyai kepribadian.
BalasHapusSebenarnya keindahan bukanlah merupakan suatu kulaitas objek, melainkan sesuatu yang senantiasa bersangkutan dengan perasaan.
Hubungan anatara etika dan estetika yaitu misalnya kita bangun pagi, matahari memancarkan sinarnya kita merasa sehat dan secara umum kita merasakn kenikmatan. Meskipun sesungguhnya pagi itu sendiri tidak indah tetapi kita mengalaminya dengan perasaan nikmat. Dalam hal ini orang cenderung mengalihkan perasaan tadi menjadi sifat objek itu, artinya memandang keindahan sebagai sifat objek yang kita serap. Padahal sebenarnya tetap merupakan perasaan.
saya setuju dengan pendapat fira bahwa Etika merupakan salah satu cabang filsafat tertua. Di dalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan. Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggungjawab, baik tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, alam maupun terhadap Tuhan sebagai sang pencipta. Dalam perkembangan sejarah etika ada 4 teori etika sebagai sistem filsafat moral yaitu hedonism, eudemonisme, utiliterisme dan deontologi. sedangkan Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus juga mempunyai kepribadian.
HapusEtika dan estetika saling berkaitan,
BalasHapusSeperti yang diketahui etika tidak menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan larangan, melainkan sebuah pemikiran yang kritis dan mendasar. Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahui dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.
Dengan etika kita mampu menilai dan mempertimbangkan mana yang baik dengan dan mana yang buruk.
Dan estetika nilain keindahan meruoakan pelengkap penilaian etika, begitupun sebaliknya, jadi ada penekanan nilai pasti baik atau buruk dan perasaan gambaran secara umum.
Saya sependapat dengan kak Rini mngenai "bagaimana keterkaitan antara etika dan estetika. Yaitu menurut kak Rini keindahan hanya akan terwujud jika etika telah terlaksana dan tercermin dengan benar melalui sikap dan tingkah laku yang diperlihatkan". Suatu sikap disiplin, inovasi, kreatifitas, sopan santun, dll sikap-sikap seperti ini memiliki nilai estetika yg tinggi.
BalasHapus