Materi 12


Persentasi Inovasi Sintaks Model Pembelajaran PBL dan 
Dampaknya terhadap Kemampuan Berpikir kritis

Pengertian PBL (Problem Based Learning)
Menurut Fathurrohman (2015:212-213) PBL (Problem Based Learning) adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur (ill-structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan untuk menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membangun pengetahuan baru. Model pembelajaran ini melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut.


Langkah-Langkah Model PBL

Pemecahan masalah dalam Model PBL harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL paling sedikit ada delapan tahapan (Sudjana, 2005), yaitu:
1.   Mengidentifikasi masalah
2.   Mengumpulkan data
3.   Menganalisis data
4.   Memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya
5.   Memilih cara untuk memecahkan masalah
6.   Merencanakan penerapan pemecahan masalah
7.   Melakukan uji coba terhadap rencana yang ditetapkan
8.   Melakukan tindakan untuk memecahkan masalah

 

Sintaks Model PBL

1.   Fase 1: Orientasi siswa terhadap masalah autentik
2.   Fase 2: Mengorganisasi siswa dalam belajar
3.   Fase 3: Membantu siswa secara individual atau kelompok dalam melaksanakan penelitian
4.   Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5.   Fase 5: Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.

Karakteristik Berpikir Kritis 
Menurut Seifert dan Hoffnung (dalam Desmita, 2010:154), terdapat empat komponen berpikir kritis, yaitu sebagai berikut:
1.     Basic operations of reasoning. Untuk berpikir secara kritis, seseorang memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menggeneralisasi, menarik kesimpulan deduktif dan merumuskan langkah-langkah logis lainnya secara mental. 
2.     Domain-specific knowledge. Dalam menghadapi suatu problem, seseorang harus mengetahui tentang topik atau kontennya. Untuk memecahkan suatu konflik pribadi, seseorang harus memiliki pengetahuan tentang person dan dengan siapa yang memiliki konflik tersebut. 
3.     Metakognitive knowledge. Pemikiran kritis yang efektif mengharuskan seseorang untuk memonitor ketika ia mencoba untuk benar-benar memahami suatu ide, menyadari kapan ia memerlukan informasi baru dan mereka-reka bagaimana ia dapat dengan mudah mengumpulkan dan mempelajari informasi tersebut. 
4.     Values, beliefs and dispositions. Berpikir secara kritis berarti melakukan penilaian secara fair dan objektif. Ini berarti ada semacam keyakinan diri bahwa pemikiran benar-benar mengarah pada solusi. Ini juga berarti ada semacam disposisi yang persisten dan reflektif ketika berpikir.

Sedangkan menurut Beyer (dalam Surya, 2011:137), terdapat delapan karakteristik dalam kemampuan berpikir kritis, yaitu:
1.     Watak (dispositions). Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis (tidak mudah percaya), sangat terbuka, menghargai kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik. 
2.     Kriteria (criteria). Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang. 
3.     Argumen (argument). Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data. Namun, secara umum argumen dapat diartikan sebagai alasan yang dapat dipakai untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen. 
4.     Pertimbangan atau pemikiran (reasoning). Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.
5.     Sudut pandang (point of view). Sudut pandang adalah cara memandang atau landasan yang digunakan untuk menafsirkan sesuatu dan yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang atau menafsirkan sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda. 
6.     Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria). Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut akan meliputi merumuskan masalah, menentukan keputusan yang akan diambil, dan mengindentifikasikan asumsi atau perkiraan-perkiraan.

Indikator Berpikir Kritis 
Menurut Ennis (dalam Maftukhin, 2013:24), terdapat lima kelompok indikator kemampuan berpikir kritis, yaitu sebagai berikut:
1.     Klarifikasi Dasar (Elementary Clarification). Klarifikasi dasar terbagi menjadi tiga indikator yaitu (1) mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan, (2) menganalisis argumen, dan (3) bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan atau pertanyaan yang menantang. 
2.     Memberikan Alasan untuk Suatu Keputusan (The Basis for The Decision). Tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu (1) mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber dan (2) mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi. 
3.     Menyimpulkan (Inference). Tahap menyimpulkan terdiri dari tiga indikator (1) membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi, (2) membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi, dan (3) membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan. 
4.     Klarifikasi Lebih Lanjut (Advanced Clarification). Tahap ini terbagi menjadi dua indikator yaitu (1) mengidentifikasikan istilah dan mempertimbangkan definisi dan (2) mengacu pada asumsi yang tidak dinyatakan.
5.     Dugaan dan Keterpaduan (Supposition and Integration). Tahap ini terbagi menjadi dua indikator (1) mempertimbangkan dan memikirkan secara logis premis, alasan, asumsi, posisi, dan usulan lain yang tidak disetujui oleh mereka atau yang membuat mereka merasa ragu-ragu tanpa membuat ketidaksepakatan atau keraguan itu mengganggu pikiran mereka, dan (2) menggabungkan kemampuan kemampuan lain dan disposisi-disposisi dalam membuat dan mempertahankan sebuah keputusan.

Sedangkan menurut Fisher (dalam Rahmawati, 2011:8), indikator kemampuan berpikir kritis antara lain adalah sebagai berikut:
Mengidentifikasi unsur-unsur dalam kasus beralasan, terutama alasan-alasan dan kesimpulan-kesimpulan.
1.     Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi-asumsi.
2.     Memperjelas dan menginterpretasikan pernyataan-pernyataan dan ide-ide.
3.     Mengadili penerimaan, terutama kredibilitas, dan klaim-klaim.
4.     Mengevaluasi argumen-argumen yang beragam jenisnya.
5.     Menganalisis, mengevaluasi, dan menghasilkan penjelasanpenjelasan.
6.     Menganalisis, mengevaluasi, dan membuat keputusan-keputusan.
7.     Menyimpulkan.
8.     Menghasilkan argumen-argumen.


Analisis Keterlaksanaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Reaksi Redoks dan Elektrokimia”
Materi               :  Elektrokimia
Model               :  Problem Based Learning
Pertemuan        :  Ke-1
Model Konvensional (Model PBL)
Inovasi Sintaks Model PBL
Dampak Berpikir Kritis
Orientasi masalah
Orientasi masalah

·       Guru menginfomasikan tujuan pembelajaran 
·     Guru menginfomasikan tujuan pembelajaran 

·       Guru mengarahkan kepada pertanyaan atau masalah
·     Guru mengarahkan kepada pertanyaan yang menjadi permasalahan :
1.     Pernahkah kalian mencuci perhiasan yang sudah kusam ?
2.     Pernahkan kalian menyaksikan proses penyepuhan perhiasan ?
3.     Pernahkah kalian menggunakan aki sehari-hari ?
4.     Seberapa penting manfaat baterai bagi kehidupan ?
 Hal ini dilakukan untuk mengorientasikan siswa dalam menemukan permasalahan
5.   [Memberikan penjelasan sederhana]
Mengidentifikasi pertanyaan untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin
·       Guru mengarahkan siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih atau ditentukan oleh guru
6.  Guru mengarahkan siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih atau ditentukan oleh guru
7.   [Memberikan penjelasan sederhana]
Mengidentifikasi pertanyaan
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Pemodelan (Modelling)

·       Guru menciptakan lingkungan kelas yang memungkinkan pertukaran ide yang terbuka 
·     Mengarahkan siswa membentuk kelompok yang heterogen
8.   [Mengatur strategi dan taktik]
Berinteraksi dengan orang lain
·       Guru mengarahkan siswa untuk merespon masalah yang diberikan oleh guru dengan mengekspresikan ide – ide yang terbuka
·     Mengenalkan dahulu model atau langkah-langkah pembelajaran yang seharusnya dilakukan siswa dalam pembelajaran ini

·       Guru mendorong siswa untuk membaca literatur atu teori pendukung
·     Memberikan LKPD berbasis proyek materi larutan asam basa kepada masing-masing siswa

·       Guru membantu siswa merumuskan hipotesis
Membantu menyelidiki secara mandiri atau kelompok
Mengorganisasikan siswa untuk belajar

·       Guru mengarahkan siswa untuk merancang percobaan
·     Guru menciptakan lingkungan kelas yang memungkinkan pertukaran ide yang terbuka
9.   [Mengatur strategi dan taktik]
Berinteraksi dengan orang lain
10. [Memberikan penjelasan sederhana]
Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang
·       Guru mendorong siswa bekerjasama dalam melakukan percobaan
·     Guru mendorong siswa untuk membaca literatur atu teori pendukung
11. [Membagun keterampilan dasar]
Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi
·       Guru mengarahkan siswa menggunakan alat dan bahan yang sesuai dengan LKS
·     Guru mengarahkan siswa untuk merespon masalah yang diberikan oleh guru dengan mengekspresikan ide – ide yang terbuka
12. [Memberikan penjelasan sederhana]
Mengidentifikasi kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin
·       Guru mengarahkan siswa mengamati percobaan dengan teliti
·     Guru membantu siswa merumuskan hipotesis
13. [Mengatur strategi dan taktik]
Mengidentifikasi masalah
14. [Mengatur Inferensi]
Membuat hipotesis
·       Guru mengarahkan siswa mencatat hasil pengamatan
·     Guru bersama siswa menyeleksi ide-ide yang dianggap dapat mendukung pemecahan masalah dalam pembelajaran Sel Elektrokimia
15. [Mengatur strategi dan taktik]
-        Menyeleksi kriteria untuk membuat solusi
-        Merumuskan alternatif yang memungkinkan
-        Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan secara alternatif
Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja  
Membantu menyelidiki secara mandiri atau kelompok

·       Guru mengarahkan siswa mengidentifikasi data yang diperoleh
·     Guru mengarahkan siswa untuk merancang percobaan dan bekerjasama dalam melakukan percobaan
·       [Mengatur Inferensi]
Menyeimbangkan, menimbang, dan memutuskan
·       Guru membantu siswa menghubungkan data yang diperoleh dengan teori yang ada
·       Guru membantu siswa mengerjakan LKPD
·     Guru mengarahkan siswa menggunakan alat dan bahan yang sesuai dengan LKPD
·       [Mengatur keterampilan dasar]
Menggunakan prosedur yang ada
·       Guru mempersilahkan siswa menyajikan hasil pengamatan
·     Guru mengarahkan siswa mengamati percobaan dengan teliti
·       [Mengatur keterampilan dasar]
Kebiasaan berhati-hati
·     Guru mengarahkan siswa mencatat hasil pengamatan
·       [Mengatur keterampilan dasar]
-        Dilaporkan oleh pengamat sendiri
-        Mencatat hal-hal yang diinginkan
Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah
Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja  

·       Guru membantu siswa menyimpulkan hasil pemecahan masalah  dengan benar dan didukung literatur
·     Guru mengarahkan siswa mengidentifikasi data yang diperoleh
·       [Mengatur strategi dan taktik]
Mengidentifikasi masalah
·       [Mengatur keterampilan dasar]
Mampu memberikan alasan

·       Guru memberikan kesimpulan atas pemecahan masalah yang didapat
·     Guru membantu siswa menghubungkan data yang diperoleh dengan teori yang ada
·    [Mengatur Inferensi]
-        Penerapan prinsip-prinsip
-        Mempertimbangkan alternaif
·    [Mengatur keterampilan dasar]
- Kemampuan observer atas kredibilitas kriteria
-        Kesepakatan antara sumber
·       Guru menarahkan siswa untuk memperhatikan penguatan darinya terhadap kesimpulan materi yang telah dipelajari
·     Guru membantu siswa mengerjakan LKPD
·       [Mengatur strategi dan taktik]
-        Berinteraksi dengan orang lain
-    Menyeimbangkan, menimbang, dan memutuskan
·     Guru mempersilahkan siswa menyajikan hasil pengamatan
·       [Mengatur strategi dan taktik]
Presentasi solusi, lisan atau tulisan

Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah


·     Guru membantu siswa menyimpulkan hasil pemecahan masalah  dengan benar dan didukung literatur
·       [Mengatur strategi dan taktik]
Presentasi solusi, lisan atau tulisan
·       [Mengatur Inferensi]
Membuat kesimpulan
·       [Mengatur keterampilan dasar]
Terlibat dalam menyimpulkan
·     Guru mengarahkan siswa untuk memperhatikan penguatan darinya terhadap kesimpulan materi yang telah dipelajari
·       [Mengatur keterampilan dasar]
-        Mencatat hal-hal yang diinginkan
-        Penguatan dan kemungkinan penguatan

 

Berdasarkan uraian di atas, timbul permasalahan sebagai berikut:

1.   Menurut pendapat kalian manakah yang lebih efektif dari segi aktivitas siswa dari inovasi sintaks yang saya buat pada model CTL atau PBL? Jelaskan!
2.   Kemukakan saran dan pendapat saudara terhadap inovasi sintaks yang saya buat !


Komentar

  1. menurut saya inovasi yg kk buat dr kedua model tsb yg lebih efektif nantinya jiKa diterapkan di kelas adalah PBL dimana PBL ini memberikan kesempatan pada siswa untuk mengenal materi pembelaJaran dari masalah yang ada disekitarnya. dan juga di sintaks CTL yg kk buat kemarin belum semua aktivitas siswa dapat dikembangkan. Seperti pada tahap evaluasi kakak tidak menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh siswa. sehingga belum tampak sepenuhnya proses kegiatan siswa dalam mencapai kemampuan yang diinginkan

    BalasHapus
  2. Disini saya akan menyarankan, pada sintaks pertama langkah ketiga kak nel menuliskan bahwa "Guru mengarahkan siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih atau ditentukan oleh guru" sedangkan pada langkah sebelumnya kak nel memberikan pertanyaan dan bermaksud siswa yang menemukan permasalahan. Nah sebaiknya disini di langkah ketiga itu tidak menuliskan demikian namun ditulis "Guru mengarahkan siswa dalam menemukan permasalahan". Atau bisa juga dilangkah keduanya diubah "guru menyampaikan permasalahan" sehingga dilangkah ketiga kak nel bisa menulisnya "Guru mengarahkan siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih atau ditentukan oleh guru"

    BalasHapus
  3. saran saya yaitu jika dari materi elektrokimia kakak memiliki banyak permasalahan yang akan dikemukakan, bagusnya kek nelly menggunakan model pembelajaran inquiry learning, karena kita dapat mengatur pembelajaran yang mana nantinya siswa dapat menemukan suatu hal yang terkait dengan elektrokimia dari permasalahan-permasalah yang di kemukakan tersebut.

    BalasHapus
  4. saya akan menjawab pertanyaan kak nelly,manakah yang lebih efektif dari segi aktivitas siswa dari inovasi sintaks yang saya buat pada model CTL atau PBL?
    menurut saya, keduanya bisa saja sama sama efektif nantinya dilaksanakan di kelas setelah dilakukan uji coba tentunya, namun tentunya juga dilihat relevansi dengan karakteritik materi yang kakak pilih untuk diajarkan menggunakan model hasil inovasi ini, jika itu suda sesuai secara otomatis hasil yang ingin kita capaipun nanti dapat optimal

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju dengan pendapat kk rini. jika keduanya bisa saja sama sama efektif nantinya dilaksanakan di kelas setelah dilakukan uji coba tentunya, namun tentunya juga dilihat relevansi dengan karakteritik materi yang kakak pilih untuk diajarkan menggunakan model hasil inovasi ini, jika itu suda sesuai secara otomatis hasil yang ingin kita capaipun nanti dapat optimal

      Hapus
    2. mnurut saya PBL lebih efektif dari pada CTL karena PBL disni dia belajar berbasis masalah yang juga bersifat contekstual dan siswa diminta untuk merumuskan masalah. Dan juga PBL disini jg belajarny dkat jg dgn kontekstual. Bisa di terapkan kooperatif juga dalam berdiskusi. Jadi mnrut saya lebih efektif pbl dari pada ctl. Krena dgn PBL kita sudah menjalankan pembelajaram berbasis ctl

      Hapus
    3. saya sependapat dengan teman-teman bahwa keduanya bisa saja sama sama efektif nantinya dilaksanakan di kelas setelah dilakukan uji coba tentunya, namun tentunya juga dilihat relevansi dengan karakteritik materi yang kakak pilih untuk diajarkan menggunakan model hasil inovasi ini

      Hapus
  5. Menurut saya mengenai "saran dan pendapat saudara terhadap inovasi sintaks yang saya buat",
    pada sintak yang diinovasi belum begitu terlihat bagian tanya jawab yang dilakukan siswa, karna menurut saya sikap kritis juga dapat kita lihat dari siswa yang menyanggah atau yang mempertahankan argumennya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya setuju dengan pendapat saudara dhani, dengan sintaks inovasi yang dibuat kak nelly memberikan siswa waktu untuk berargumentasi dengan pendapat masing2 dan agar siswa lebih berpikir kritis dan juga dapat menimbulkan pemikiran yang lebih kreatif lagi yang materi yang dibahas

      Hapus
  6. menurut saya yang lebih efektif jika ditinjau dari segi minat siswa adalah model PBL karna pada model tersebut anak lebih diarahkan kepada pemecahan masalah yang berkaitan langsung dengan masalah pada kehidupan sehari-hari dan juga pembelajaran tidak monoton karna disini siswa dituntut lebih aktif sendiri dalam merumuskan dan mmeecahkan masalah nya sendiri serta dilengkapi dengan praktikum sehingga bisa lebih menimbulkan minat anak untuk belajar dan tidak membosankan.

    BalasHapus
  7. menanggapi permasalahan kak nelly menurut saya dalam materi ini untuk lebih meningkatkan keaktifan siswa model PBL akan lebih efektif karena pada model ini ditekankan pemecahan masalah yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga dengan pemecahan masalah ini dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar, sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir dan pembelajaran menjadi lebih bermakna.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sependapat dengan syafira, yg kurang dari inovasi disni adalah memberikan siswa waktu untuk berargumentasi dengan pendapat masing2 dan agar siswa lebih berpikir kritis dan juga dapat menimbulkan pemikiran yang lebih kreatif lagi dari materi yang dibahas

      Hapus
  8. saya sependapat dengan anda, redaksi kalimat yang dibuat bisa merubah makna yang akan disampaikan. pada sintak guru menyampaikan permasalahan, disini siswa dituntun untuk menemukan masalah-masalah lain terkait konteks pembelajaran.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Materi Blog 5

Materi 3

Materi Blog 4